Search This Blog

Thursday, July 22, 2010

Malaysia Larang Simbol "Setan Merah"

Para alim ulama Malaysia melarang kaum Muslim di negara tersebut untuk menggunakan atribut-atribut Manchester United atau MU. Mereka menganggap simbol "Setan Merah" telah menghina kebesaran Tuhan.

Nama MU sangat laris di kalangan penggemarnya di Asia, termasuk Malaysia. Tahun lalu, negeri jiran ini ikut mengundang Ryan Giggs dan kawan-kawan dalam tur pramusim mereka di Asia. Ketika MU membatalkan kunjungannya di Indonesia, Malaysia mendapat jatah dua kali menggelar pertandingan "Setan Merah".

Pada Maret lalu, MU menandatangani kontrak lima tahun dengan kelompok usaha komunikasi Telekom Malaysia sekaligus menanamkan citra dagang klub itu sebagai tim terbesar di negara tersebut.

Walau demikian, para pemuka agama menegaskan agar umat Muslim di negara tersebut tidak mengenakan logo setan yang menjadi simbol "Setan Merah". Mereka juga melarang penggunaan gambar salib yang ada di seragam tim nasional Brasil, Portugal, Serbia, dan Norwegia, serta klub Barcelona.

"Tidak ada alasan mengenakan seragam seperti itu karena itu berarti, sebagai seorang Muslim, Anda mengidolakan simbol-simbol dari kepercayaan lain," kutip The Telegraph atas pernyataan Datuk Nooh Gadot, pemimpin ulama Johor, Malaysia.

"Dalam masalah ini, tidak ada kompromi atas nama hiburan, fashion, atau bahkan olahraga," ungkapnya.

Sementara itu, ulama dari negara bagian Perak, Tan Sri Harussani Zakaria, menegaskan bahwa umat Muslim yang mengenakan seragam sepak bola itu "menjurus kepada perbuatan dosa" karena dengan memakai simbol dari kepercayaan lain berarti mendahulukan kepercayaan tersebut dibanding Islam.

Fabregas Bukan Masalah, Joe Cole Masa Lalu

Digembar-gemborkan bergabung dengan Arsenal, Joe Cole malah memilih Liverpool. Mengingat talenta Cole dan minimnya pemain Inggris di Arsenal, ini merupakan tamparan buat Arsenal dan Arsene Wenger. Namun, melihat materi skuad, Arsenal tak sangat membutuhkan Cole.

Sekitar tujuh pekan lalu, ketika Inggris direpotkan dengan persiapan Piala Dunia, yang berujung kekecewaan, Chelsea memutuskan tidak memperpanjang kontrak Cole yang habis akhir Juni lalu. Di Emirates, Arsenal sedang kelimpungan karena Cesc Fabregas minta dibiarkan pindah ke Barcelona, yang belakangan cukup konsisten mengusik ketenangan Arsene Wenger.

Arsenal kemudian berusaha konsisten menepis tawaran dan lobi Barcelona. Namun, menyadari loyalitas Fabregas yang memudar, Arsenal juga bersiap mencari alternatif dan Cole masuk daftar beli mereka. Tentu merupakan keuntungan bagi Arsenal apabila mereka berhasil mempertahankan Fabregas sambil tetap menggaet Cole.

Fokus suporter Arsenal pun pecah. Mereka yang sebelumnya cuma dihantui bayangan kepergian Fabregas mulai bisa menghibur diri dengan mengatakan Cole mampu menggantikan figur sang kapten. Mereka juga sudah mulai membayangkan betapa kuatnya daya serang Arsenal apabila Fabregas sampai bekerja bareng dengan Cole.

Antusiasme menyambut Cole semakin besar ketika media-media Inggris menyebut Arsenal adalah klub yang paling berpeluang mendapatkan Cole. Selain karena siap memberikan gaji 80.000 poundsterling per pekan dan sejumlah bonus, Arsenal juga menjamin jam terbang reguler untuk Cole, sesuatu yang tidak didapatkannya di Chelsea.

Ketika Piala Dunia usai dengan Spanyol sebagai juaranya, publik Arsenal semakin kalem karena Fabregas menyatakan bangga menjadi pemain Arsenal dan mendedikasikan trofi Piala Dunia itu untuk para penggemar. Belum selesai keriangan itu, Emirates digelontor berita bahwa Cole memilih berlabuh di Anfield, di mana ia akan menerima gaji 90.000 poundsterling per pekan plus sejumlah bonus.

Dikalahkan klub yang sedang mengalami krisis ekonomi merupakan kejutan pahit buat Arsenal. Semakin pahit karena Barcelona belum melepaskan bidikannya dari Fabregas. Namun, kalau mau menimbang kebutuhan secara obyektif, Arsenal tak perlu menyesali batalnya kedatangan Cole atau mengkhawatirkan kepergian Fabregas.

Arsenal membutuhkan kiper kelas dunia, bek tengah yang kuat dan bermobilitas tinggi, penyerang yang konsisten dan mampu mendampingi Robin van Persie, dan gelandang bertahan yang bisa diandalkan dalam perebutan bola, seperti Alex Song. Namun, apakah Arsenal membutuhkan gelandang serang baru seperti Cole? Tidak.

Arsenal memiliki pemain yang kualitas fisik dan kretivitasnya sama dengan Cole, yaitu Andrey Arshavin, Tomas Rosicky, dan Samir Nasri. Yang terpenting, Arsenal sudah memiliki pemain berusia 18 tahun dengan bakat luar biasa yang semua pendukung harapkan akan bermain lebih sering musim depan, Jack Wilshere.

Sejak berusia sembilan tahun, Wilshere sudah dicekoki ajaran sepak bola Arsenal dan menguasainya dengan baik. Fabio Capello sempat menyebutnya sebagai salah satu kunci era baru sepak bola Inggris. Ia berpotensi melewati proses dan mencapai level Cole saat ini dalam waktu relatif lebih cepat. Dari kacamata ini, batalnya kedatangan Cole merupakan keuntungan buat Arsenal.

Wilshere memiliki keterampilan, visi, dan kreativitas tinggi seperti yang dimiliki Cole. Itu masih ditambah kekuatan fisik dan mental. Ia juga memiliki ketenangan saat menguasai bola, mata pemburu celah untuk melepas umpan mematikan, kemampuan duel udara di atas rata-rata untuk ukuran gelandang, dan naluri mencetak gol. Wilshere menampakkan itu saat menciptakan dua assist brilian yang ikut menentukan kemenangan Arsenal 4-0 dalam laga persahabatan melawan Barnet, 17 Juli lalu.

Dalam situs resmi Arsenal, sejumlah suporter mulai melayangkan pujian kepada Wilshere. Menurut mereka, Wilshere adalah pemain yang mampu menciptakan celah dan mengeksploitasinya sampai membuahkan dampak maksimal.

"Wilshere impresif. Cukup tenang, dingin di dalam kotak penalti, dua assist. (Aku) pikir fisiknya juga telah meningkat," tulis seorang suporter.

Ditambah penampilannya ketika dipinjamkan ke Bolton Wanderers musim lalu, Wilshere telah menyatakan dirinya sebagai salah satu pemain termuda yang bermain di Premier League dan pada level sangat memuaskan.

Bayangkan bila Cole hadir di Emirates. Wenger mungkin akan memenuhi permintaan manajer Bolton, Owen Coyle, merekrut Wilshere secara permanen dan Arsenal bukan cuma akan kehilangan pemain berbakat, melainkan, yang terpenting, loyalitas dari seorang pemain asli Inggris.

Arsenal gagal mendapatkan Joe Cole dan masih mungkin kehilangan Fabregas. Namun, Wilshere telah menunjukkan bahwa ia adalah masa depan Arsenal dan Inggris. Ia tak membutuhkan apa-apa selain jam terbang reguler untuk menghaluskan pahatan yang sudah ditatahkan Arsenal sejak 2001 dan pendukung pun cuma harus duduk tenang membiarkan Wilshere melakoni peran dan memenuhi tanggung jawabnya.

Saturday, July 17, 2010

Barnet vs Arsenal

Arsenal have named a strong squad for the game. New signings Marouane Chamakh and Laurent Koscielny are both in there, as are the likes of Andrei Arshavin, Samir Nasri, Tomas Rosicky, Thomas Vermaelen, Theo Walcott, and Jack Wilshere.

If we were playing Barnet in a League Cup or FA Cup game, I'd expect Arsenal to wipe the floor with them no matter what squad we put out, but friendlies can be strange games and odd results are actually pretty normal. This fixture has thrown up a couple of draws, narrow Arsenal victories, as well as complete pastings.

The one thing it hasn't thrown up so far is a Barnet victory, but I'm sure it will one of these years. I remember a couple of years ago Barnet took the lead and Arsenal didn't equalise until well into the second half when we'd taken off all the first team players, and that's as close as they've come.

Arsenal losing this game would, I guess, be quite annoying but nothing more than that. Obviously as fans we want Arsenal to win every game but for the team the result is not the important factor today, it's an exercise in fitness and getting back in the groove after their time off.

For Barnet, this game is pretty important —not in terms of the result, but financially it's a big boost for them. Supporting a team like Arsenal, you forget the struggles some clubs have just to keep their heads above water.

A full house of fans (something Arsenal take for granted) paying £15 or so a head is not a small matter for Barnet, neither is Arsenal's continued affiliation with them, using Underhill for reserve fixtures and so on.

Given that Arsenal are a very multi-national club, with strong ties to France and Europe in general, there's no reason we couldn't have a connection like this with a club in Austria (for instance) where we do our preseason training camp. We certainly have the resources to host our own reserve games as well, but I think it's a good thing that the club chooses to maintain this relationship with a local club, even if it's not strictly necessary.

Personally, I think the Premier League should be doing more to help clubs further down the English league structure, to raise the level of the whole English club game, not just the top division.

Relationships like the one Arsenal and Barnet (and many other Premier League clubs have with local lower league teams) have are a step in that direction, and I hope it's maintained for many years to come.

Even though it's a friendly, even though it's meaningless and likely to be a slow and fairly dull game, I can't help but be excited. Football, real football, not the dross we had in the World Cup, is back!

In a quick round-up of the news this morning, there's only the one story, and it's Barcelona president Sandro Rosell admitting that he and his club have irritated Arsenal to the point that their resolve not to sell Cesc Fabregas is very strong indeed. He then goes on to say that if they don't buy Cesc this year, they'll buy him next year. So the lesson's clearly been lost on him.

Not finished there, Rosell says Barcelona would not pay 60 or 70 million euros for Fabregas, they'd only pay his market value. Unfortunately for Rosell and Barcelona, 60 or 70 million euros probably is Cesc's market value, and the passing of a year will do little to change that as he will still have three or four years left on his contract next summer.